Senin, 09 Agustus 2010

CACIAN ADALAH PUJIAN YANG TERBAIK

Seorang ibu yang hendak pergi ke pasar di tengah jalan ditegur seseorang karena wajahnya cemong atau ada kotoran hitam. Bagaimana sikap ibu itu terhadap teguran orang tersebut? Apakah dia marah atau senang menerimanya?
Pasti dia tidak akan marah. Justeru sebaliknya, dia akan tersenyum dan sangat berterima kasih atas teguran tersebut meskipun dia belum melihat apakah hal itu benar atau tidak? Setelah itu dia akan melihat cermin untuk memeriksanya.
Mengapa sikap seperti itu tidak kita terapkan dalam kehidupan kita?

Suatu saat kita dicela atu digunjingkan oleh orang lain atas suatu kekurangan kita, atau kita dihina atau direndahkan. Apakah kita akan marah atau senang menerimanya?
Apabila kita marah lantas melabrak orang yang menghina kita atau membalas dengan penghinaan, apa yang akan kita dapatkan? Apakah keadaan kita akan menjadi baik dengan langkah itu yang hanya mencari kepuasan hati dengannya?
Coba kita ambil sikap seperti ibu-ibu tadi, tersenyum, lalu mengintrospeksi diri, apakah kita memang seperti itu atau tidak.
Terlepas apakah kita itu benar atau tidak seperti yang kita dengar tentang kita, kita tetap harus selalu memperbaiki diri kita. Karena ada kesalahan yang tanpa kita sadari membuat suatu cemong di wajah kita. Musuh yang terbesar adalah hawa nafsu kita. Saat rasa iri, emosi, benci, keangkuhan datang, kita wajib memeranginya. Karena apa yang kita anggap sebagai kepuasan hati dengan mengikuti perasaan itu sebenarnya bukan merupakan kebaikan buat kita. Sedangkan kesabaran, kebaikan, dan keikhlasan yang kita anggap berat dan tidak menguntungkan itu sebenarnya adalah kebaikan buat kita.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 2 ayat 216)

Kita tidak boleh patah hati, panas hati, dan retak hati cuma karena omongan tentang kita yang tidak menyenangkan hati kita. Anggap saja orang yang mencibirkan dan menggunjingkan kita itu seorang pengamen biskota yang bernyanyi dengan suara yang tidak enak, wajah yang tidak simpatik, dan menyebalkan. Kita tidak mungkin turun dari biskota karena dia kan?

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13 ayat 28)

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. 89 ayat 27-30)

Basahilah bibir dan hati kita dengan kalimat Tuhan, selalu bersyukur dan rendah hati agar senantiasa ia tetap basah. Jangan keringkan bibir dan hati dengan jarang sekali mengingat Allah baik melalui shalat maupun membaca Al Qur’an dan selalu mengikuti hawa nafsu. Ranting kayu yang basah dan segar sulit untuk dibakar dan dipatahkan. Sebaliknya, ranting kayu yang kering dan layu mudah sekali dipatahkan dan dibakar.
Selalu tersenyum dalam menghadapi hal-hal tersulit dan menyakitkan hati, di antaranya mendengarkan cacian dan makian terhadap kita. Tidak ada yang berubah pada wajah kita karenanya. Jadi, mengapa mesti risau? Anggaplah cacian dan makian itu adalah pujian terbaik yang kita terima dan anggap saja mereka cuma pengamen jalanan yang menyanyikan lagu dan suara yang tidak merdu terdengar. Jangan turun sebelum tujuan kita tercapai!





Print halaman ini

Selengkapnya...

Kamis, 05 Agustus 2010

IKHLAS MEMBUANG KOTORAN

Suatu saat kita sedang naik kendaraan, tiba-tiba perut kita terasa ingin buang air kecil atau buang air besar atau buang angin yang sudah sangat parah, sanggupkah kita menahannya? Atau suatu saat dengan tujuan yang sama, tiba-tiba perut kita terasa lapar dan haus, sanggupkah kita menahannya?

Biasanya orang lebih tidak tahan untuk membuang kotoran mereka dari pada mengisi perut mereka. Apalagi makanan yang akan dibeli mahal atau tidak sesuai dengan kondisi kantong mereka dan terkadang mereka ngedumel kalau makanan yang mereka beli ternyata mahal meskipun tergolong makanan kecil.

Tetapi untuk membuang kotoran, mereka dengan ikhlas meskipun harus membayar. Ikhlas menyisihkan waktu mereka, menikmati melakukannya, bahkan merasa gembira setelah mengeluarkannya. Terkadang orang lupa makan karena kesibukan nya, tetapi sesibuk apapun mereka, tidak akan lupa untuk membuang kotoran meskipun hanya buang angin atau kotoran hidung. Ada istilah terlambat makan tetapi tidak ada istilah terlambat buang kotoran.

Apa hikmah yang bisa kita ambil dari aktifitas rutin kita itu (buang kotoran)?

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 9 ayat 103)

Apabila kita hendak memasak sesuatu makanan (sayuran atau nasi), tentunya bahannya harus dicuci dahulu supaya bersih. Setelah itu barulah kita masak dan kita nikmati.
Sama halnya dengan rezki yang kita terima dari Allah. Sebelum kita gunakan untuk diri kita, maka terlebih dahulu kita cuci atau bersihkan rezki itu dengan cara memberikan zakat, infak, atau sedekah. Tidak mungkin kan makan dulu baru mencuci makanannya belakangan?

Sebenarnya memberikan harta untuk zis adalah suatu kebutuhan kita, bukan kewajiban yang menjadi beban yang terkadang sulit dan enggan kita untuk melakukannya. Mengeluarkan sebahagian harta kita itu adalah salah satu cara untuk membersihkannya. Apabila kita tidak melakukannya sama halnya dengan memakan harta mereka bercampur dengan harta kita dan itu sama juga dengan menukar yang baik dengan yang buruk.

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (QS. 51 ayat 19)

dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (QS. 70 ayat 24-25)

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan itu, adalah dosa yang besar. (QS. 4 ayat 2)

Dengan kita mengeluarkan harta kita untuk infak atau sedekah adalah salah satu bukti bahwa kita membenarkan tentang adanya pahala terbaik dari Allah serta ketaqwaan kita kepada-Nya. Allah pasti akan memudahkan segala urusan kita karenanya.

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. 92 ayat 5-7)

Meskipun Allah menjanjikan dengan pahala dan kebaikan dunia dan akhirat, kita tidak boleh mengharapkannya dengan cara melakukannya. Kita melakukannya bukan karena balasan apapun, tetapi dengan tujuan supaya Allah senang dan meridhai apa yang sudah kita terima yang nanti akan kita makan ke dalam perut kita serta cara untuk menghapus dosa-dosa kita yang pernah kita kerjakan. Allah tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya, kita tidak perlu menunggunya. Balasan itu pasti akan datang, entah saat itu juga atau mungkin beberapa saat lagi. Kita hanya perlu ikhlas melakukannya seperti orang yang buang kotoran tadi. Senang melakukannya, sangat lega setelah melakukannya, dan tidak pernah melihat-lihat lagi kotoran yang sudah dia keluarkan.

Beberapa cara ikhlas mengeluarkan infak atau sedekah:

1. Bukan karena orang itu sudah banyak berbuat baik kepada kita atau mengharapkan kelak orang itu akan baik kepada kita bahkan juga ucapan terima kasih

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. 76 ayat 10)

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS. 92 ayat 17-21)

2. Tidak menganggap bahwa kita telah melakukan kebaikan yang besar sehingga orang yang kita bantu itu hilang kesulitannya karena kita dan dia berhutang budi karenanya kepada kita (manna) serta tidak mengungkit segala pemberian hingga mengganggu hatinya ketika dia mendengarnya (Adza)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan manna dan adza, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. 2 ayat 264)

Keluarkan sebahagian harta kita untuk infak atau bersedekah, bahagialah melakukannya dan gelisahlah apabila tidak mampu melakukannya. Anggap kita sedang membuang kotoran kita; Nongkrong di atas WC, buang air kecil, membuang kotoran kuping, atau membuang kotoran hidung (ngupil). Asyik kan? Itulah mengapa dikatakan bersedekah itu nikmat sekali.

Banyaklah mengeluarkan infak atau bersedekah, karena keberkahan dan keselamatan hidup kita ada di dalamnya. Semakin banyak kita bersedekah, maka akan semakin kita kaya di surga. Tetapi kita harus ikhlas mengerjakannya tanpa mengharapkan balasan apapun meski itu hanya sebuah ucapan terima kasih atau pujian manusia.


Print halaman ini
Selengkapnya...

Senin, 02 Agustus 2010

BELAJAR UNTUK SELALU MELIHAT KE BAWAH

Iblis pernah berjanji sama Allah bahwa kelak dia akan menyesatkan seluruh manusia sehingga kebanyakan dari manusia itu tidak bersyukur kepada Allah.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. 7 ayat 16-17)

Siapakah iblis? Iblis adalah bangsa jin yang fasik atau enggan dan sombong terhadap perintah Allah. Syetan adalah iblis yang membuat bisikan ke dalam dada manusia untuk menyesatkan, membuat orang memandang baik perbuatannya yang tidak benar, membangkitkan angan-angan, prasangka buruk, membuat dunia indah pada pandangan manusia, dan masih banyak lagi bisikan buruknya terhadap manusia, yang pada akhirnya melahirkan rasa tidak syukur manusia terhadap segala pemberian Allah.

Menurut ayat di atas, syetan ada di hadapan kita, di belakang, samping kiri, dan samping kanan. Tetapi syetan tidak ada di bawah dan di atas. Karena itu, agar kita tidak terpengaruh oleh syetan, apabila kita ingin melihat betapa nikmatnya hidup ini, jangan sekali-kali kita melihat orang yang ada di depan kita, di belakang, samping kanan, dan samping kiri, tetapi lihatlah orang yang ada di bawah kita. Mereka lebih susah hidupnya, lebih kekurangan, cacat, dan lebih menderita. Insyaallah dengan cara kita rajin melihat ke bawah, kita akan sering melihat ke atas, di mana Sang Maha Pengasih dan Maha Kuasa telah memberikan yang terbaik buat kita, sehingga kita akan banyak bersyukur daripada mengeluh. Salah satu syukur kita adalah dengan cara shalat tidak malas-malasan. Apapun yang kita hadapi, kesulitan ataupun kemudahan, kita harus tetap mengerjakan shalat dan tidak menjadi orang yang kikir yang enggan memberikan sedekah

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. (QS. 70 ayat 19-29)

Orang yang mengerjakan shalat tidak pantas untuk mengeluh ketika menghadapi kesulitan. Mengeluh tidak akan merubah keadaan kita, maka lebih baik kita terus mengerjakan shalat dan melakukan segala kebaikan yang Allah perintahkan. Tanamkan di dalam shalat kita suatu keyakinan bahwa Allah Yang Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang sedang melihat dan mendengar kita dan Dia sedang menguji kesabaran kita, apakah dengan kesulitan itu kita akan tetap dekat kepada Allah dengan ikhlas atau malah menjadi jauh serta mengungkit segala ibadah yang kita kerjakan?

Ada beberapa yang harus dihindari oleh orang-orang yang shalatnya ingin bernilai khusyu. Yaitu:

IKHLAS MELAKUKAN IBADAH DAN TIDAK MENGUNGKITNYA.

Kita tidak boleh mengungkit apa yang kita kerjakan hanya karena kita menghadapi suatu kesulitan / kesempitan hidup. Misalnya, “Ya Allah, kenapa ya saya selalu kena musibah, padahal saya rajin shalat, rajin bersedekah? Si anu tidak pernah shalat dan tidak pernah sedekah kehidupannya senang-senang aja. Ah, buat apa shalat kalau begitu..

JANGAN MERASA TELAH BANYAK BERBUAT BAIK DAN BERSIH DARI DOSA

Jangan bangga karena telah banyak berbuat baik dan merasa tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup hanya karena sering melakukan ibadah. Misalnya, “Apa kesalahan saya, padahal saya rajin shalat, rajin bersedekah?”

Perbanyaklah kebaikan dengan menganggap bahwa apa yang kita kerjakan tidak sebanding dengan dosa-dosa kita. Jangan mengharap surga atau pahala dulu, tetapi berharaplah akan keridhaan Allah dan ampunanNya. Atau dengan kata lain, belajarlah ikhlas karena Allah, bukan karena orang lain atau kebaikan dunia untuk diri kita.

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. 6 ayat 162)

Berdoa tidak perlu teriak-teriak, melainkan dengan suara yang rendah, hati yang bertaubat dan penuh harap. Allah tidak melihat susunan / isi doa dari mulut kita, tetapi kebaikan hati kita, karena Dia Mengetahui kebutuhan dan sesuatu yang terbaik buat hamba-Nya, meskipun permintaan itu tersembunyi di dalam hati dan tidak diucapkan.

Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (QS. 17 ayat 25)

Apa yang diambil dari kita akan Dia kembalikan atau diganti dengan yang lebih baik, apabila hati kita ikhlas melepaskannya dan tidak terus memikirkannya.

Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu." Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 8 ayat 70)

Allah selalu memberikan yang terbaik buat kita. Apabila kita kehilangan sesuatu dan itu memang benar-benar milik kita, dia akan kembali lagi kepada kita. Apabila kita mendapatkan sesuatu sedangkan itu bukan milik kita, maka dia akan hilang dari kita dan tidak akan pernah kembali lagi. Mendapatkan dan kehilangan sesuatu adalah ujian dari-Nya untuk membuktikan siapa yang beriman dan senantiasa bersyukur kepada-Nya dan siapa yang tidak beriman dan tidak bersyukur kepada-Nya.
Belajarlah untuk melihat ke bawah. Masih yang lebih sulit hidupnya dan lebih menderita dari kita.



Print halaman ini
Selengkapnya...

Senin, 05 Juli 2010

SYUKUR MENAMBAH KENIKMATAN HIDUP

Tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi

Reff1:
syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

Reff2:
tuhan pasti kan menunjukkan
kebesaran dan kuasanya
bagi hambanya yang sabar
dan tak kenal putus asa

Lagu di atas adalah lyric lagu dari salah satu Band terkenal yang bernama d’Masiv yang berjudul “Jangan Menyerah”. Belakangan, muncul berita bahwa lagu d'Masiv “Jangan Menyerah” menjiplak lagu Muse yang berjudul Falling Away With You. Menurut saya, jiplakan atau bukan, lyric lagu di atas apabila kita renungi dan kita coba untuk pahami, sangatlah indah, di mana dalam lyric itu ada pesan untuk selalu bersyukur atas apa yang kita terima dari Allah SWT. Semoga saja penulisnya benar-benar memiliki pesan yang terdapat di dalam lyric lagu yang ditulisnya.

Ada sebuah cerita tentang orang yang selalu mengeluhkan keadaan rumahnya yang terasa sesak dan sempit karena anak-anaknya banyak sedangkan rumahnya kecil. Dia mengadukan hal tersebut kepada sahabatnya dia ketahui sebagai seorang yang cerdas dan bijak dalam memberikan nasehat.
Orang tersebut: “Wahai teman, apakah engkau dapat membantu saya. Saya merasakan rumah saya itu terlalu sesak dan sempit untuk saya dan anak-anak saya. Apakah saran engkau untuk masalah saya itu?”
Temannya: “Mengapa engkau tidak besarkan rumah engkau saja, agar lebih luas dan nyaman untuk engkau dan anak-anak engkau?”
Orang tersebut: “Itu masalahnya… saya tidak punya uang untuk itu. Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasinya?”
Temannya: “Mengapa engkau tidak jual saja rumah engkau, lalu membeli tanah yang lebih murah dan membangun yang kebih besar?”
Orang tersebut: “Ah tidak akan mungkin teman, rumah saya kan kecil serta buruk, mana mungkin orang akan membelinya dengan harga yang kelak saya dapat membeli sebidang tanah dan membangun rumah besar karenanya!”
Temannya: (Diam berfikir sejenak) “Ehm..apakah engkau mau menjual anak-anak engkau?”
Orang tersebut: “Ah memangnya aku gila! Aku tidak akan menjual anak-anak aku!”
Temannya: “Ok. Saya akan memberikan solusinya. Tapi apakah engkau akan berjanji akan mengikuti saran dari saya?”
Orang tersebut: “Demi solusi masalah saya, saya berjanji pada engkau akan melaksanakan apapun saran dari engkau!”
Temannya: “Besok belilah seekor kambing, peliharalah didalam rumah engkau!”
Orang tersebut: “Baiklah.. besok saya akan membeli seekor kambing.”

Keesokan harinya dia membeli kambing dan memeliharanya di dalam rumah. Namun apa yang terjadi, rumahnya tidak terasa nyaman dan lega, tetapi semakin sempit, sesak, dan berisik. Dia lalu menemui temannya dan mengeluhkan keadaan rumahnya yang semakin amburadul. Temannya tersenyum, lalu berkata: “Besok belilah seekor bebek, peliharalah di dalam rumah!” Meskipun berat, tetapi karena dia sudah berjanji dan keinginan masalahnya cepat terselesaikan, dia masih tetap melakukan saran temannya yang bijak itu.
Keesokan harinya dia membeli bebek dan memeliharanya di dalam rumah. Namun apa yang terjadi, seperti saran yang pertama, rumahnya malah tambah terasa tidak terasa nyaman dan lega, melainkan semakin bertambah sempit, sesak, dan berisik. Dia lalu menemui temannya kembali dan mengeluhkan keadaan rumah yang semakin bertambah berantakan setelah mengikuti saran yang kedua. Temannya tersenyum kembali, dan berkata: “O begitu ya.. Ok. Besok belilah seekor ayam, peliharalah di dalam rumah!” Dia sangat terkejut, tetapi seperti saran kedua, dia masih tetap melakukan saran ketiga temannya yang bijak itu.
Setelah saran ketiga, rumahnya tidak lagi bisa disebut rumah lagi. Keadaan rumahnya bukan hanya sesak dan sempit saja, tetapi lebih tepatnya bisa dikatakan seperti sebuah kandang hewan. Dia berteriak di dalam hati dan merasa sudah tak tahan lagi. Keesokan harinya dia menemui temannya dengan wajah cemberut; marah, kesal bercampur aduk. Dia berkata: “Wahai temanku, aku pikir engkau bijaksana, ternyata engkau malah membuat saya bertambah susah. Bukan lagi kenyamanan dan kelapangan yang aku dapat setelah mengikuti saran engkau, tetapi malah kesusahan dan kesempitan. Temannya tersenyum dan berkata: “O iya? Baiklah kalau begitu, besok juallah ayam engkau!” Orang tersebut dengan keadaan yang masih dongkol akhirnya pulang ke rumah untuk menjual ayamnya. Keesokkan harinya dia menemui temannya dengan wajah tersenyum. Temannya berkata: “Bagaimana keadaan rumah engkau sekarang?” Orang tersebut menjawab: “Alhamdulillah, rumah saya terasa agak lega!” Temannya berkata: “Besok juallah bebek engkau!” Seperti saran yang sebelumnya, orang tersebut melaksanakan saran temannya itu untuk menjual bebeknya. Keesokkan harinya dia kembali menemui temannya dengan wajah tersenyum lebih dari sebelumnya. Temannya berkata: “Bagaimana keadaan rumah engkau sekarang?” Orang tersebut menjawab: “Alhamdulillah, rumah saya mulai terasa lega!” Temannya berkata: “O begitu ya.. Besok juallah kambing engkau!” Seperti saran yang sebelumnya, orang tersebut melaksanakan saran temannya itu untuk menjual kambingnya. Keesokan harinya dia menemui temannnya kembali dengan wajah tersenyum lebar seperti orang yang habis mendapatkan sesuatu yang sangat besar. Temannya berkata: “Bagaimana sekarang keadaan rumah engkau sekarang? Orang itu menjawab: “Alhamdulillah teman, karena saran engkau saya mendapatkan kenyamanan di dalam rumah saya kembali. Rumah saya terasa sangat lega dan tidak sesak seperti yang sebelumnya. Terima kasih teman!”

Coba simak kisah di atas, hikmah apakah yang bisa kita petik buat kehidupan kita? Apakah orang tersebut mengganti rumahnya atau rumahnya direnovasi; diperbaiki atau diperbesar karena dia merasa sesak, sempit dan tidak nyaman di dalamnya? Tidak.
Lalu apa yang membuatnya dia merasa lapang, lega, serta nyaman dengan rumahnya? Jawabnya adalah, “HATI

Hati yang lapang akan membuat rumah yang kecil terasa besar, sempit terasa lega dan merasa nyaman di dalamnya. Sebaliknya, hati yang sempit, akan membuat rumah yang tadinya besar dan lega akan terasa kecil dan sempit dan serta selalu merasa tidak nyaman di dalamnya. Kalau kita selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita, kita akan merasakan kenikmatan hidup yang selalu bertambah setiap saat dan jiwa akan terus terasa nyaman. Sebaliknya, kalau kita tidak bersyukur atau kufur, maka jiwa kita akan selalu tersiksa meski disekeliling kita dipenuhi dengan kemewahan dan kelimpahan pemberian. Peribahasanya: “Ayam mati kelaparan di atas lumbung padi”

Ingatlah selalu di dalam hati, Apa yang Allah berikan, adalah yang terbaik buat kita, karena Dia Maha Baik dan Maha Tahu keadaan kita

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. 14 ayat 7)


APA SIH SYUKUR ITU?


Syukur adalah menghargai setiap pemberian dengan sebesar-besarnya.
Kalau kita memiliki rumah yang kecil, janganlah mengeluh dan bahagialah setiap saat di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Katakanlah dalam setiap shalat dan doa kita bahwa kemarin dan hari ini apa yang telah Dia berikan adalah kebahagiaan buat kita. Pujilah Dia atas pemberian itu dengan tulus. Insyaallah akan terasa nikmat rumah yang kita miliki itu.
Ingatlah! Sekecil apapun rumah kita, ia tetaplah lebih besar dari diri kita dan keluarga kita. Sebaliknya apabila kita memilik rumah yang besar dan mewah, kita tidak boleh bangga dan sombong, karena sebesar dan seindah apapun rumah kita, tetaplah langit yang paling besar dan paling indah dengan hiasan bintang-bintangnya.

Sebenarnya, tidak ada orang yang miskin di dunia ini, yang ada adalah orang yang kurang bersyukur. Orang yang terlihat miskin pada pandangan manusia, kalau dia selalu bersyukur kepada Allah, dia akan merasa cukup dan bahagia. Sebaliknya, orang yang kaya yang tidak bersyukur kepada Allah akan menjadi orang yang selalu merasa kekurangan dan tidak akan bahagia karena tiada ketenangan dalam hidupnya.
Sebenarnya, tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, yang ada adalah orang yang tidak menghargai waktu, menyia-nyiakannya dan malas untuk belajar.
Sebenarnya, tidak ada orang yang kekurangan, yang ada adalah orang yang tidak mengetahui kelebihannya dan tidak menghargai dan mengerti bagaimana cara menggali potensi yang ada dalam dirinya.
Sebenarnya, tidak ada orang yang merendahkan kita, yang ada adalah kita yang tidak bisa menghargai diri kita sendiri untuk bersikap dan berjiwa mulia
Sebenarnya, tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini, yang ada adalah kita tidak mempercayai diri kita untuk membuat ketidakmungkinan menjadi kemungkinan. Kalau orang lain mampu melakukannya, mengapa kita tidak bisa?

Saat kita mendapatkan suatu musibah, dengan kebingungan kita bertanya pada diri kita: “Ujiankah atau siksaan? Kalau itu siksaan, apa kesalahan saya? Saya kan selama ini selalu baik?”
Pertanyaan itu menunjukkan bahwa kita tidak menyadari bahwa setiap orang tidak pernah tidak berbuat salah. Kalau Allah menyiksa manusia karena kesalahannya, Dia tidak akan meninggalkan satu manusiapun di dunia ini.

Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, (QS. 80 ayat 23)

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (QS. 16 ayat 61)

Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. 35 ayat 45)

Semua manusia diciptakan dari bahan dasar yang sama dan berasal dari tempat yang sama. Tidak ada manusia yang suci kecuali Allah dan para Malaikat. Jadi jangan menganggap diri kita suci atau tidak mempunyai dosa apa-apa, tetapi berusahalah mensucikan diri kita dengan menjauhi dosa-dosa baik itu yang kecil maupun yang besar.

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (QS. 53 ayat 32)

Terlalu pede kita apabila kita menganggap diri kita tidak mempunyai kesalahan yang harus dihukum. Oh maaf..terlalu kasar. Maksud saya kesalahan yang harus ditegur..

Kalau kita ingin tahu apakah itu ujian atau siksaan, lihat dan introspeksi diri kita. Selama ini, apa yang telah banyak kita kerjakan; kebaikankah atau kejahatan? Kalau kita selalu berusaha menjadi orang yang baik, rajin beribadah, selalu bersyukur, itu artinya apa yang menimpa kita adalah ujian dari Allah.

Apapun yang terjadi di dunia ini, menimpa siapapun, baik itu orang jahat atau baik, pada hakekatnya adalah ujian buat mereka. Agar yang jahat berubah menjadi baik dan yang baik berubah menjadi tambah baik.

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. 7 ayat 168)

Jangan ucapkan dengan mulut. Coba kita renungi segala yang terjadi pada diri kita dan ambil hikmahnya. Ujian dan siksaan tergantung bagaimana kita menerimanya. Dengan dasar keimanan dan keikhlasan, kita akan merasakannya sebagai suatu ujian. Namun sebaliknya, karena kekafiran dan kesombongan, kita akan menganggap bahwa itu adalah siksaan. Sebenarnya Allah tidak menyiksa kita, tetapi kekafiran kita akan nikmat Allah menciptakan ketakutan dan kecemasan dalam hati sehingga kita tersiksa karenanya. Allah tidak pernah menyiksa hamba-Nya yang selalu bersyukur.

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. 4 ayat 147)

Syukur bukan hanya menerima segala pemberian Allah dengan seikhlas-ikhlasnya, tetapi juga melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Ada beberapa pembuktian syukur di dalam Al Qur’an, di antaranya:

1. Orang yang syukur tidak akan berhenti melakukan ibadah hanya karena kebaikan meninggalkannya (hidup susah, rugi, dan sebagainya)--> QS. 3 ayat 144
2. Segala sesuatu ada batas waktunya (tidak abadi). Orang yang bersyukur selalu menggunakan pemberian Allah dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan dunia maupun akhirat. --> QS. 3 ayat 145
3. Menerima dan menghargai pemberian Allah dengan sebesar-besarnya --> QS. 7 ayat 144
4. Kita hanya mengabdi dan mencurahkan segala tenaga dan pikiran untuk menuju kepada Allah. Apapun yang kita miliki di dunia ini maupun aktifitas dunia kita, semua semata-mata Allah -->QS. 39 ayat 66

Kalau suatu saat kita terjatuh, tiba-tiba ada orang yang berkata: “Syukurin!!”, kita tidak boleh marah, tetapi berterima kasihlah kepadanya karena dia telah mengingatkan kita untuk bersyukur. Kalau perlu, berikan sesuatu kepadanya apakah itu uang atau makanan… he3x.. pasti ga bisa deh..

Print halaman ini

Selengkapnya...

Selasa, 22 Juni 2010

ORANG SABAR DISAYANG TUHAN...

"Orang yang sabar di sayang Tuhan", kalimat itu sering kita dengar apabila ada seseorang yang menasehati orang lain, apakah itu anaknya, adiknya, saudaranya, temannya, dan sebagainya. Kesabaran adalah suatu hal yang sangat tinggi nilainya, sampai-sampai Allah sangat menyayangi hamba-Nya yang penyabar dan selalu bersama dengannya.
Apakah sabar itu sebenarnya?

Sabar diartikan sebagai menahan segala penderitaan dan tidak mengeluh. Sabar selalu berkaitan dengan penderitaan, kesulitan hidup, sakit, dan hal-hal yang membuat kita kesal, kecewa, dan putus asa.
Dalam kehidupan sehari-hari kita temukan hal-hal yang mengharuskan kita untuk bersabar dalam melakukannya agar tercapai segala keinginan kita. Misal: Sabar menunggu angkot datang, sabar mengantri di tempat antri untuk membayar / membeli sesuatu maupun mendapatkan sesuatu, sabar menghadapi seseorang yang membuat kita jengkel, sabar dalam mengerjakan sesuatu yang membutuhkan ketelitian, dan sebagainya.

Ketika menghadapi kesulitan, kita membutuhkan seseorang untuk membantu kita agar terlepas dari kesulitan itu. Keterbatasan manusia membuat dia tidak selamanya dapat membantu orang lain. Misal, keterbatasan waktu, tempat, situasi, dan kondisi. Hanya Allah yang mampu membantu kita dalam berbagai kesulitan apapun yang kita alami. Baik sesuatu yang mungkin maupun yang tidak mungkin.

Hai orang-orang yang beriman, minta tolonglah dengan (cara) kesabaran dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. 2 ayat 153)

Untuk mendapatkan pertolongan Allah, kita diperintahkan untuk sabar dan tetap melakukan shalat. Bersabar dan mengerjakan shalat bukan hanya ketika kita dalam kesulitan saja, tetapi hal itu sudah dilakukan sebelum kita meminta pertolongan kepada Allah.

Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah. Apabila dia disentuh kesusahan dia memohon bantuan. Dan apabila dia disentuh kebaikan dia kikir (enggan berbuat kebaikan), kecuali orang-orang yang shalat. Orang-orang yang tetap melakukan shalat mereka. (QS. 79 ayat 19-23)

Shalat yang kita lakukan bukan karena kita hendak meminta pertolongan kepada Allah (seperti tahajud), melainkan setiap waktu dalam rangka mendekatkan diri kita kepada Allah. Apabila shalat itu kita lakukan karena sesuatu hal, maka itu tidak akan kita lakukan lagi apabila sesuatu hal itu telah kita dapatkan atau tidak kita dapatkan. Shalat itu terasa sangat berat kecuali kalau kita khusyu. Khusyu itu artinya butuh. Jadikan shalat itu suatu kebutuhan, bukan kewajiban atau kebiasaan. Apabila shalat itu adalah suatu kebutuhan, maka kita tidak akan berat untuk melakukannya dan kita akan sabar dalam menjalankannya.

Hai orang-orang yang beriman, minta tolonglah dengan (cara) kesabaran dan shalat. Sesungguhnya itu sangat berat kecuali atas orang-orang yang khusyu (QS. 2 ayat 45)

Untuk hal-hal yang berhubungan dengan dunia, apalagi yang berhubungan dengan kepentingan dan keuntungan kita, sepertinya sabar tidak perlu diajarkan. Namun sabar menghadapi sesuatu yang merugikan kita meskipun itu merupakan kebaikan yang berhubungan akhirat, terkadang kita tidak sanggup melakukannya. Hal itu dapat kita temukan pada orang-orang yang menghitung sabar mereka. Sekali, sabar. Kedua kali, sabar. Ketiga kali.... habis kesabarannya. Benarkah kesabaran itu dibatasi? Coba simak ayat di bawah ini:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS. 3 ayat 200)

1. Ishbiru (Sabarlah kamu)
2. Shaabiruu (kuatkanlah kesabaran)
3. Raabithuu (ikatlah hatimu/teguhkan hati)
4. Taqwa (pelihara dirimu dan berbuat baik)

Tidak ada batas buat kesabaran. Kita diperintahkan untuk selalu kuat hati dalam menjalani kesabaran itu dengan cara terus memelihara diri dari dosa dan selalu berbuat baik. Bagaimana orang yang sabar itu?

SEPERTI POHON KAKTUS

Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus disimpan dalam ruang di batangnya. Kaktus juga memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. (Sumber Wikipedia)

Apa hubungannya kesabaran dengan pohon kaktus?

Kaktus dalam bahasa Arabnya adalah shubbaar terdiri dari shad, baa, dan raa sama dengan kata sabar (shad, baa, dan raa).

Allah memerintahkan kita untuk memikirkan kejadian langit, bumi beserta isinya, termasuk juga diri kita sendiri (QS. 30 ayat 8). Semua yang di alam ini tidak ada yang sia-sia (QS. 3 ayat 190-191). Seperti ada kata pepatah “natura artis magistra” yang artinya alam adalah guru yang paling baik, maka alam itu bisa dijadikan sebagai guru buat kita semua dalam menghadapi kehidupan. Di antaranya kesabaran yang harus kita jalan seperti pohon kaktus.

Tetap bertahan hidup di tempat panas dan kering

Hikmahnya adalah:

Sabar itu adalah tidak mengeluh meskipun kita dalam keadaan sesulit apapun. Karena sabar sendiri diartikan menahan segala penderitaan.

Akar yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah

Hikmahnya adalah:

Sabar itu tetap beristiqamah (berlaku lurus) di atas dasar Al Qur’an dan tetap berusaha memperbaiki kehidupan secara moril maupun materil

Air yang diserap kaktus disimpan di dalam batangnya.

Hikmahnya adalah:

Sabar adalah rajin menyimpan (hidup tidak boros), baik untuk tabungan di dunia maupun akhirat (infak, sedekah, zakat, dan lain-lain)

Duri yang mengelilinginya dijadikan untuk mengurangi penguapan air

Hikmahnya adalah:

Sabar adalah menjadikan semua yang memusuhi dan membencinya sebagai nasehat buat dirinya untuk memperbaiki diri, selalu berbuat baik

Kesabaran adalah syarat kedua untuk masuk ke dalam surga setelah berjihad (sungguh-sungguh) di dalam melaksanakan perintah Allah.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. 3 ayat 142)

Dan untuk mengetahui / membuktikan siapa orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah serta ciri-ciri mereka, Allah akan menguji kehidupannya.

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu (QS. 47 ayat 31)

Orang-orang yang sabar akan mendapatkan beberapa ujian dari Allah diantaranya: Ketakutan, Kelaparan, Kekurangan harta (Kemiskinan, kehilangan, rugi, dan lain-lain), kekurangan jiwa (sakit, pusing menghadapi masalah), kekurangan buah-buahan (Bukan cuma buah-buahan dengan makna lugas (sebenarnya), tetapi juga dengan makna kiasan seperti: buah hati (anaknya tidak bisa diatur), buah tangan (pekerjaannya tidak dihargai), buah bibir (nasehat/ucapannya tidak dihargai), dan lain-lain), dan mereka akan menyikapinya dengan hati gembira.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (QS. 2 ayat 155-156)

Sabar dalam menghadapi ujian dari Allah melalui sahabat-sahabatnya atau orang-orang yang terdekat dengannya; tidak bertengkar dan saling bermusuhan

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. (QS. 25 ayat 20)

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. 8 ayat 46)


Beberapa sikap orang yang sabar dalam menghadapi ujian yang ada di tengah-tengah orang lain dan menerima perlakuan buruk (digunjingkan, dicela, direndahkan, sifat kikir orang lain, dan lain-lain) terhadap mereka.

1. Tidak membalas kejahatan

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (QS. 16 ayat 126)

2. Membalas kejahatan dengan kebaikan

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (QS. 41 ayat 34-35)

3. Tidak bersedih hati terhadap orang yang jahat dengan kita dan tidak bersempit dada menghadapi tipu daya mereka

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (QS. 16 ayat 127)

3. Tidak gelisah terhadap orang yang membenci kita

Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (QS. 30 ayat 60)

4. Tabah menghadapi segala ujian

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. 31 ayat 17)

5. Tidak lemah karena bencana, tidak lesu, dan mudah menyerah

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. 3 ayat 146)

Allah memberikan jaminan buat orang-orang yang sabar di antaranya adalah:

1. Surga

Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, (QS. 76 ayat 12)

2. Keselamatan

(sambil mengucapkan): "Selamatlah atas kamu karena kesabaranmu". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. 13 ayat 24)

3. Dihancurkan musuhnya dan diberikan kebaikan

Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka (QS. 7 ayat 137)

4. Diberikan balasan dua kali

Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (QS. 28 ayat 54)

5. Allah akan selalu menjaganya

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri (QS. 52 ayat 48)

(catatan: lihat 28 ayat 54 dan 52 ayat 48, ayat dan suratnya hanya dibalik letaknya)

Semoga Allah senantiasa menjadikan kita semua orang yang sabar dalam melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta menghadapai segala ujian-ujian yang diberikan oleh-Nya.

Print halaman ini
Selengkapnya...

Sabtu, 19 Juni 2010

SHALAT TIDAK AKAN ADA NILAINYA KALAU TIDAK KHUSYU

Ada seorang ibu yang bertanya kepada saya tentang shalat khusyu. Dia mengatakan, ada ustadz yang berkata bahwa shalat itu harus khusyu. Konsentrasi pada apa yang kita kerjakan dan terus mengingat Allah sampai akhir. Kalau kita tidak bisa shalat seperti itu, maka shalat kita akan sia-sia. Benarkah demikian? Eh maaf.. salah pertanyaan, maksud saya, sanggupkah kita?

Mungkin buat orang yang mampu melatih konsentrasi, pekerjaannya shalat saja tidak mengurus apa-apa (anak, rumah tangga, pekerjaan..), dan jauh dari masyarakat (di gunung memencilkan diri), hal itu mudah untuk dilakukan. Tapi buat para ibu-ibu yang repot mengurus suami dan anaknya, buat para karyawan yang dikejar waktu kerja, buat pedagang yang tiba-tiba ada pelanggan, atau yang sedang merintih merasakan sakit, hal itu akan sulit dilakukan. Atau mungkin kalau kita semua mau jujur, rasanya sulit untuk mewujudkan khusyu seperti itu. Terkecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan dunia. Tetapi untuk yang berkaitan dengan akhirat, woow... syetannya buanyaak!! Namun sebenarnya hal itu juga tidak terlalu sulit apabila kita mau berlatih. Apalagi yang telinganya tuli, matanya buta, dan kulitnya tidak peka dengan ransangan panas atau dingin, atau apapun, maka hal itu menjadi sangat mudah dilakukan.
Apakah kita harus menjadi orang yang seperti itu (tuli, bisu, dan lain-lain) agar shalat kita bisa diterima di sisi Allah? Kalau tidak, apakah sebenarnya pengertian khusyu itu?

Kalau kita mau tahu tentang khusyu, coba simak tentang khusyunya alam menerima dan melaksanakan perintah Allah.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. 59 ayat 21)

Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 41 ayat 39)

Pada ayat pertama tentang khusyu disebutkan (bahasa Arabnya): Khaasyi'am mutashaddia'an (tunduk terpecah belah atau khusyu terpecah belah)

Pada ayat pertama tentang khusyu disebutkan (bahasa Arabnya): Khaasyi'atan (kering dan gersang atau khusyu)..... ihtazat wa rubbat (bergerak dan subur).

Pengertian khusyu berdasarkan ayat-ayat di atas adalah:

Hati yang tadinya diam dan keras berubah tergerak dan menjadi lunak. Amarah menjadi reda, kesombongan menjadi lenyap, kesabaran mulai timbul, keikhlasan mulai nampak dan hasrat untuk berbuat baik semakin besar karena takut kepada Allah. Setelah hatinya tergerak, lalu menjadi subur. Seperti layaknya sebuah tanah yang subur yang tanaman apapun apabila ditanami di atasnya akan tumbuh dengan baik, maka khusyu itu adalah apa yang tertanam di dalam hatinya saat dia mengerjakan pekerjaan itu (contohnya shalat dang mengaji) akan dipraktekkan di dalam kehidupannya. Seperti, sabar, ikhlas, kebersamaan, saling menghormati, dan lain-lain.
Kesimpulannya, khusyu di dalam shalat itu bukan cuma konsentrasi di dalam mengerjakannya, melainkan mempraktekkan kebaikan-kebaikan yang diajarkan di dalam shalat di tengah-tengah masyarakat. Karena itu shalat di dalam Al Qur'an selalu berpasangan dengan zakat, infak, qiradh, qurban, dan lain-lain yang bersifat kebaikan.

Shalat dalam rangka HABLUM MINALLAH adalah shalat menghadap kepada Allah dengan doa dan ucapan yang tulus untuk melatih dan membangkitkan kesadaran untuk selalu melakukan kebaikan

Shalat dalam rangka HABLUM MINANNAAS adalah mempraktekan nilai-nilai shalat di tengah-tengah manusia seperti: rendah hati, sabar, ikhlas, dan selalu melakukan kebaikan untuk orang lain.

Apabila shalat dalam rangka hablum minallah (tali Allah) dan hablum minannaas (tali manusia) tidak bisa diwujudkan di dalam kehidupan kita, bukan kemuliaan yang akan kita dapatkan, tetapi kehinaan di mana saja kita berada.

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.(QS. 3 ayat 112)

Jadi ingat yaa... khusyu di dalam shalat bukan cuma mereem, jidatnya item, tau arti bacaannya, atau konsentrasi dari awal sampe akhir.. tetapi harus mempraktekkan segala kebaikan yang menjadi inti daripada shalat itu sendiri di tengah-tengah masyarakat.. Kan setiap buang air besar pasti buang air kecil.. karena itu jangan anggap sepele perbuatan-perbuatan baik yang kita anggap kecil.. itu sangat berguna loh meskipun sedikit. Apalagi kalau kita kerjakannya banyak.. tanpa terasa tiba-tiba dosa kita terhapus pelan-pelan dengan kebaikan kita.

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. 11 ayat 114)

Tetapi..... kalau kita bisa konsentrasi di dalam shalat, itu lebih baik lagi..

(Terjemahan Al Qur'an diambil dari Al Qur'an Digital versi. 2.1)


Print halaman ini

Selengkapnya...

S3 IAIN MEMBUAT KITA MENJADI MANUSIA TERMULIA DAN TERHORMAT

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (QS. 95 ayat 4-5)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7 ayat 179)

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 49 ayat 13)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 59 ayat 18)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS. 14 ayat 5)

Manusia pada ayat pertama di atas dikatakan sebagai mahluk yang bentuknya paling bagus, tetapi dikembalikan ke tempat yang paling rendah. Sedangkan di ayat kedua dikatakan bahwa sebabnya manusia lebih rendah daripada binatang karena panca indera dan akalnya tidak digunakan untuk memperhatikan ayat-ayat Allah atau dengan kata lain, dia tidak mau bersyukur dan bertaqwa. Di ayat ketiga dikatakan, tidak perduli apakah dia laki-laki atau perempuan, atau dari bangsa tertentu, yang paling mulia di sisi Allah hanyalah orang yang bertaqwa. Di ayat keempat dikatakan bahwa salah satu taqwa adalah memperhatikan hari esok (hari kematian, hari kiamat, dan lain-lain) dan di ayat kelima, kita diperintahkan untuk mengingatkan akan hari-hari Allah itu yang semuanya hanya bisa menjadi ayat peringatan buat orang-orang yang shabar dan bersyukur.

Apabila dibandingkan dengan mahluk lainnya seperti hewan, tubuh manusia lemah, sedang rohaninya yaitu akal budi dan keinginannya sangat kuat. Manusia mahluk berfikir dibekali hasrat ingin tahu tentang segala hal yang terjadi di sekitarnya maupun yang terjadi pada dirinya sendiri. Kata filosof dan ahli logika: "Al-insan hayawan natiq", Ungkapan ini sering diartikan, "manusia adalah ´hewan´ yang berpikir" atau istilah yang lainnya “homo sapiens”. Hasrat berfikirnya membuat manusia selalu tertarik dengan hal-hal yang menguras otaknya. Tetapi itu hal itu dia lakukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia belajar di lingkungan pendidikannya mulai dari pendidian formal SD (dulu SR), SLTP, SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3 hingga pendidian non formal, bahkan ada juga yang autodidak. Ada beberapa yang merasa tidak puas sebelum menyelesaikan S3 meskipun dia tahu bahwa untuk mencapai gelar pendidikan S3 itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, ketekunan, kesungguhan, serta keyakinan. Dia akan berusaha mengejar apapun demi kemuliaan dan kehormatan di dunia yang belum tentu di akhirat dia akan dapatkan pula kemuliaan dan kehormatan itu.
Lalu bagaimana cara untuk mendapatkan gelar kemuliaan dan kehormatan di dunia dan di akhirat? Jawabannya mudah, yaitu ambil gelar tertinggi pendidikan S3 IAIN.
IAIN di sini bukan singkatan dari Institut Agama Islam Negeri, tetapi In Attitude and In Nature atau dalam bahasa Indonesianya: “Di dalam sikap dan Di dalam sifat”. S3-nya itu bukan strata 3 tetapi singkatan dari Shalat, Shabar, Syukur. Kalau kita gabungkan S3 IAIN mempunyai pengertian menerapkan shalat, shabar, dan syukur di dalam sikap dan di dalam sifat kita.
Apabila S3 tadi kita terapkan sungguh-sungguh di dalam perikehidupan kita baik sifat dan sikap kita, insyaallah kita akan menjadi orang yang mulia dan terhormat dunia dan akhirat.

(Terjemah Al Qur'an diambil dari Al Qur'an Digital Versi 2.1)

Print halaman ini
Selengkapnya...