Sabtu, 19 Juni 2010

SHALAT TIDAK AKAN ADA NILAINYA KALAU TIDAK KHUSYU

Ada seorang ibu yang bertanya kepada saya tentang shalat khusyu. Dia mengatakan, ada ustadz yang berkata bahwa shalat itu harus khusyu. Konsentrasi pada apa yang kita kerjakan dan terus mengingat Allah sampai akhir. Kalau kita tidak bisa shalat seperti itu, maka shalat kita akan sia-sia. Benarkah demikian? Eh maaf.. salah pertanyaan, maksud saya, sanggupkah kita?

Mungkin buat orang yang mampu melatih konsentrasi, pekerjaannya shalat saja tidak mengurus apa-apa (anak, rumah tangga, pekerjaan..), dan jauh dari masyarakat (di gunung memencilkan diri), hal itu mudah untuk dilakukan. Tapi buat para ibu-ibu yang repot mengurus suami dan anaknya, buat para karyawan yang dikejar waktu kerja, buat pedagang yang tiba-tiba ada pelanggan, atau yang sedang merintih merasakan sakit, hal itu akan sulit dilakukan. Atau mungkin kalau kita semua mau jujur, rasanya sulit untuk mewujudkan khusyu seperti itu. Terkecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan dunia. Tetapi untuk yang berkaitan dengan akhirat, woow... syetannya buanyaak!! Namun sebenarnya hal itu juga tidak terlalu sulit apabila kita mau berlatih. Apalagi yang telinganya tuli, matanya buta, dan kulitnya tidak peka dengan ransangan panas atau dingin, atau apapun, maka hal itu menjadi sangat mudah dilakukan.
Apakah kita harus menjadi orang yang seperti itu (tuli, bisu, dan lain-lain) agar shalat kita bisa diterima di sisi Allah? Kalau tidak, apakah sebenarnya pengertian khusyu itu?

Kalau kita mau tahu tentang khusyu, coba simak tentang khusyunya alam menerima dan melaksanakan perintah Allah.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. 59 ayat 21)

Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 41 ayat 39)

Pada ayat pertama tentang khusyu disebutkan (bahasa Arabnya): Khaasyi'am mutashaddia'an (tunduk terpecah belah atau khusyu terpecah belah)

Pada ayat pertama tentang khusyu disebutkan (bahasa Arabnya): Khaasyi'atan (kering dan gersang atau khusyu)..... ihtazat wa rubbat (bergerak dan subur).

Pengertian khusyu berdasarkan ayat-ayat di atas adalah:

Hati yang tadinya diam dan keras berubah tergerak dan menjadi lunak. Amarah menjadi reda, kesombongan menjadi lenyap, kesabaran mulai timbul, keikhlasan mulai nampak dan hasrat untuk berbuat baik semakin besar karena takut kepada Allah. Setelah hatinya tergerak, lalu menjadi subur. Seperti layaknya sebuah tanah yang subur yang tanaman apapun apabila ditanami di atasnya akan tumbuh dengan baik, maka khusyu itu adalah apa yang tertanam di dalam hatinya saat dia mengerjakan pekerjaan itu (contohnya shalat dang mengaji) akan dipraktekkan di dalam kehidupannya. Seperti, sabar, ikhlas, kebersamaan, saling menghormati, dan lain-lain.
Kesimpulannya, khusyu di dalam shalat itu bukan cuma konsentrasi di dalam mengerjakannya, melainkan mempraktekkan kebaikan-kebaikan yang diajarkan di dalam shalat di tengah-tengah masyarakat. Karena itu shalat di dalam Al Qur'an selalu berpasangan dengan zakat, infak, qiradh, qurban, dan lain-lain yang bersifat kebaikan.

Shalat dalam rangka HABLUM MINALLAH adalah shalat menghadap kepada Allah dengan doa dan ucapan yang tulus untuk melatih dan membangkitkan kesadaran untuk selalu melakukan kebaikan

Shalat dalam rangka HABLUM MINANNAAS adalah mempraktekan nilai-nilai shalat di tengah-tengah manusia seperti: rendah hati, sabar, ikhlas, dan selalu melakukan kebaikan untuk orang lain.

Apabila shalat dalam rangka hablum minallah (tali Allah) dan hablum minannaas (tali manusia) tidak bisa diwujudkan di dalam kehidupan kita, bukan kemuliaan yang akan kita dapatkan, tetapi kehinaan di mana saja kita berada.

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.(QS. 3 ayat 112)

Jadi ingat yaa... khusyu di dalam shalat bukan cuma mereem, jidatnya item, tau arti bacaannya, atau konsentrasi dari awal sampe akhir.. tetapi harus mempraktekkan segala kebaikan yang menjadi inti daripada shalat itu sendiri di tengah-tengah masyarakat.. Kan setiap buang air besar pasti buang air kecil.. karena itu jangan anggap sepele perbuatan-perbuatan baik yang kita anggap kecil.. itu sangat berguna loh meskipun sedikit. Apalagi kalau kita kerjakannya banyak.. tanpa terasa tiba-tiba dosa kita terhapus pelan-pelan dengan kebaikan kita.

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. 11 ayat 114)

Tetapi..... kalau kita bisa konsentrasi di dalam shalat, itu lebih baik lagi..

(Terjemahan Al Qur'an diambil dari Al Qur'an Digital versi. 2.1)


Print halaman ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar