Senin, 05 Juli 2010

SYUKUR MENAMBAH KENIKMATAN HIDUP

Tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi

Reff1:
syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

Reff2:
tuhan pasti kan menunjukkan
kebesaran dan kuasanya
bagi hambanya yang sabar
dan tak kenal putus asa

Lagu di atas adalah lyric lagu dari salah satu Band terkenal yang bernama d’Masiv yang berjudul “Jangan Menyerah”. Belakangan, muncul berita bahwa lagu d'Masiv “Jangan Menyerah” menjiplak lagu Muse yang berjudul Falling Away With You. Menurut saya, jiplakan atau bukan, lyric lagu di atas apabila kita renungi dan kita coba untuk pahami, sangatlah indah, di mana dalam lyric itu ada pesan untuk selalu bersyukur atas apa yang kita terima dari Allah SWT. Semoga saja penulisnya benar-benar memiliki pesan yang terdapat di dalam lyric lagu yang ditulisnya.

Ada sebuah cerita tentang orang yang selalu mengeluhkan keadaan rumahnya yang terasa sesak dan sempit karena anak-anaknya banyak sedangkan rumahnya kecil. Dia mengadukan hal tersebut kepada sahabatnya dia ketahui sebagai seorang yang cerdas dan bijak dalam memberikan nasehat.
Orang tersebut: “Wahai teman, apakah engkau dapat membantu saya. Saya merasakan rumah saya itu terlalu sesak dan sempit untuk saya dan anak-anak saya. Apakah saran engkau untuk masalah saya itu?”
Temannya: “Mengapa engkau tidak besarkan rumah engkau saja, agar lebih luas dan nyaman untuk engkau dan anak-anak engkau?”
Orang tersebut: “Itu masalahnya… saya tidak punya uang untuk itu. Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasinya?”
Temannya: “Mengapa engkau tidak jual saja rumah engkau, lalu membeli tanah yang lebih murah dan membangun yang kebih besar?”
Orang tersebut: “Ah tidak akan mungkin teman, rumah saya kan kecil serta buruk, mana mungkin orang akan membelinya dengan harga yang kelak saya dapat membeli sebidang tanah dan membangun rumah besar karenanya!”
Temannya: (Diam berfikir sejenak) “Ehm..apakah engkau mau menjual anak-anak engkau?”
Orang tersebut: “Ah memangnya aku gila! Aku tidak akan menjual anak-anak aku!”
Temannya: “Ok. Saya akan memberikan solusinya. Tapi apakah engkau akan berjanji akan mengikuti saran dari saya?”
Orang tersebut: “Demi solusi masalah saya, saya berjanji pada engkau akan melaksanakan apapun saran dari engkau!”
Temannya: “Besok belilah seekor kambing, peliharalah didalam rumah engkau!”
Orang tersebut: “Baiklah.. besok saya akan membeli seekor kambing.”

Keesokan harinya dia membeli kambing dan memeliharanya di dalam rumah. Namun apa yang terjadi, rumahnya tidak terasa nyaman dan lega, tetapi semakin sempit, sesak, dan berisik. Dia lalu menemui temannya dan mengeluhkan keadaan rumahnya yang semakin amburadul. Temannya tersenyum, lalu berkata: “Besok belilah seekor bebek, peliharalah di dalam rumah!” Meskipun berat, tetapi karena dia sudah berjanji dan keinginan masalahnya cepat terselesaikan, dia masih tetap melakukan saran temannya yang bijak itu.
Keesokan harinya dia membeli bebek dan memeliharanya di dalam rumah. Namun apa yang terjadi, seperti saran yang pertama, rumahnya malah tambah terasa tidak terasa nyaman dan lega, melainkan semakin bertambah sempit, sesak, dan berisik. Dia lalu menemui temannya kembali dan mengeluhkan keadaan rumah yang semakin bertambah berantakan setelah mengikuti saran yang kedua. Temannya tersenyum kembali, dan berkata: “O begitu ya.. Ok. Besok belilah seekor ayam, peliharalah di dalam rumah!” Dia sangat terkejut, tetapi seperti saran kedua, dia masih tetap melakukan saran ketiga temannya yang bijak itu.
Setelah saran ketiga, rumahnya tidak lagi bisa disebut rumah lagi. Keadaan rumahnya bukan hanya sesak dan sempit saja, tetapi lebih tepatnya bisa dikatakan seperti sebuah kandang hewan. Dia berteriak di dalam hati dan merasa sudah tak tahan lagi. Keesokan harinya dia menemui temannya dengan wajah cemberut; marah, kesal bercampur aduk. Dia berkata: “Wahai temanku, aku pikir engkau bijaksana, ternyata engkau malah membuat saya bertambah susah. Bukan lagi kenyamanan dan kelapangan yang aku dapat setelah mengikuti saran engkau, tetapi malah kesusahan dan kesempitan. Temannya tersenyum dan berkata: “O iya? Baiklah kalau begitu, besok juallah ayam engkau!” Orang tersebut dengan keadaan yang masih dongkol akhirnya pulang ke rumah untuk menjual ayamnya. Keesokkan harinya dia menemui temannya dengan wajah tersenyum. Temannya berkata: “Bagaimana keadaan rumah engkau sekarang?” Orang tersebut menjawab: “Alhamdulillah, rumah saya terasa agak lega!” Temannya berkata: “Besok juallah bebek engkau!” Seperti saran yang sebelumnya, orang tersebut melaksanakan saran temannya itu untuk menjual bebeknya. Keesokkan harinya dia kembali menemui temannya dengan wajah tersenyum lebih dari sebelumnya. Temannya berkata: “Bagaimana keadaan rumah engkau sekarang?” Orang tersebut menjawab: “Alhamdulillah, rumah saya mulai terasa lega!” Temannya berkata: “O begitu ya.. Besok juallah kambing engkau!” Seperti saran yang sebelumnya, orang tersebut melaksanakan saran temannya itu untuk menjual kambingnya. Keesokan harinya dia menemui temannnya kembali dengan wajah tersenyum lebar seperti orang yang habis mendapatkan sesuatu yang sangat besar. Temannya berkata: “Bagaimana sekarang keadaan rumah engkau sekarang? Orang itu menjawab: “Alhamdulillah teman, karena saran engkau saya mendapatkan kenyamanan di dalam rumah saya kembali. Rumah saya terasa sangat lega dan tidak sesak seperti yang sebelumnya. Terima kasih teman!”

Coba simak kisah di atas, hikmah apakah yang bisa kita petik buat kehidupan kita? Apakah orang tersebut mengganti rumahnya atau rumahnya direnovasi; diperbaiki atau diperbesar karena dia merasa sesak, sempit dan tidak nyaman di dalamnya? Tidak.
Lalu apa yang membuatnya dia merasa lapang, lega, serta nyaman dengan rumahnya? Jawabnya adalah, “HATI

Hati yang lapang akan membuat rumah yang kecil terasa besar, sempit terasa lega dan merasa nyaman di dalamnya. Sebaliknya, hati yang sempit, akan membuat rumah yang tadinya besar dan lega akan terasa kecil dan sempit dan serta selalu merasa tidak nyaman di dalamnya. Kalau kita selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita, kita akan merasakan kenikmatan hidup yang selalu bertambah setiap saat dan jiwa akan terus terasa nyaman. Sebaliknya, kalau kita tidak bersyukur atau kufur, maka jiwa kita akan selalu tersiksa meski disekeliling kita dipenuhi dengan kemewahan dan kelimpahan pemberian. Peribahasanya: “Ayam mati kelaparan di atas lumbung padi”

Ingatlah selalu di dalam hati, Apa yang Allah berikan, adalah yang terbaik buat kita, karena Dia Maha Baik dan Maha Tahu keadaan kita

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. 14 ayat 7)


APA SIH SYUKUR ITU?


Syukur adalah menghargai setiap pemberian dengan sebesar-besarnya.
Kalau kita memiliki rumah yang kecil, janganlah mengeluh dan bahagialah setiap saat di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Katakanlah dalam setiap shalat dan doa kita bahwa kemarin dan hari ini apa yang telah Dia berikan adalah kebahagiaan buat kita. Pujilah Dia atas pemberian itu dengan tulus. Insyaallah akan terasa nikmat rumah yang kita miliki itu.
Ingatlah! Sekecil apapun rumah kita, ia tetaplah lebih besar dari diri kita dan keluarga kita. Sebaliknya apabila kita memilik rumah yang besar dan mewah, kita tidak boleh bangga dan sombong, karena sebesar dan seindah apapun rumah kita, tetaplah langit yang paling besar dan paling indah dengan hiasan bintang-bintangnya.

Sebenarnya, tidak ada orang yang miskin di dunia ini, yang ada adalah orang yang kurang bersyukur. Orang yang terlihat miskin pada pandangan manusia, kalau dia selalu bersyukur kepada Allah, dia akan merasa cukup dan bahagia. Sebaliknya, orang yang kaya yang tidak bersyukur kepada Allah akan menjadi orang yang selalu merasa kekurangan dan tidak akan bahagia karena tiada ketenangan dalam hidupnya.
Sebenarnya, tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, yang ada adalah orang yang tidak menghargai waktu, menyia-nyiakannya dan malas untuk belajar.
Sebenarnya, tidak ada orang yang kekurangan, yang ada adalah orang yang tidak mengetahui kelebihannya dan tidak menghargai dan mengerti bagaimana cara menggali potensi yang ada dalam dirinya.
Sebenarnya, tidak ada orang yang merendahkan kita, yang ada adalah kita yang tidak bisa menghargai diri kita sendiri untuk bersikap dan berjiwa mulia
Sebenarnya, tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini, yang ada adalah kita tidak mempercayai diri kita untuk membuat ketidakmungkinan menjadi kemungkinan. Kalau orang lain mampu melakukannya, mengapa kita tidak bisa?

Saat kita mendapatkan suatu musibah, dengan kebingungan kita bertanya pada diri kita: “Ujiankah atau siksaan? Kalau itu siksaan, apa kesalahan saya? Saya kan selama ini selalu baik?”
Pertanyaan itu menunjukkan bahwa kita tidak menyadari bahwa setiap orang tidak pernah tidak berbuat salah. Kalau Allah menyiksa manusia karena kesalahannya, Dia tidak akan meninggalkan satu manusiapun di dunia ini.

Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, (QS. 80 ayat 23)

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (QS. 16 ayat 61)

Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. 35 ayat 45)

Semua manusia diciptakan dari bahan dasar yang sama dan berasal dari tempat yang sama. Tidak ada manusia yang suci kecuali Allah dan para Malaikat. Jadi jangan menganggap diri kita suci atau tidak mempunyai dosa apa-apa, tetapi berusahalah mensucikan diri kita dengan menjauhi dosa-dosa baik itu yang kecil maupun yang besar.

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (QS. 53 ayat 32)

Terlalu pede kita apabila kita menganggap diri kita tidak mempunyai kesalahan yang harus dihukum. Oh maaf..terlalu kasar. Maksud saya kesalahan yang harus ditegur..

Kalau kita ingin tahu apakah itu ujian atau siksaan, lihat dan introspeksi diri kita. Selama ini, apa yang telah banyak kita kerjakan; kebaikankah atau kejahatan? Kalau kita selalu berusaha menjadi orang yang baik, rajin beribadah, selalu bersyukur, itu artinya apa yang menimpa kita adalah ujian dari Allah.

Apapun yang terjadi di dunia ini, menimpa siapapun, baik itu orang jahat atau baik, pada hakekatnya adalah ujian buat mereka. Agar yang jahat berubah menjadi baik dan yang baik berubah menjadi tambah baik.

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. 7 ayat 168)

Jangan ucapkan dengan mulut. Coba kita renungi segala yang terjadi pada diri kita dan ambil hikmahnya. Ujian dan siksaan tergantung bagaimana kita menerimanya. Dengan dasar keimanan dan keikhlasan, kita akan merasakannya sebagai suatu ujian. Namun sebaliknya, karena kekafiran dan kesombongan, kita akan menganggap bahwa itu adalah siksaan. Sebenarnya Allah tidak menyiksa kita, tetapi kekafiran kita akan nikmat Allah menciptakan ketakutan dan kecemasan dalam hati sehingga kita tersiksa karenanya. Allah tidak pernah menyiksa hamba-Nya yang selalu bersyukur.

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. 4 ayat 147)

Syukur bukan hanya menerima segala pemberian Allah dengan seikhlas-ikhlasnya, tetapi juga melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Ada beberapa pembuktian syukur di dalam Al Qur’an, di antaranya:

1. Orang yang syukur tidak akan berhenti melakukan ibadah hanya karena kebaikan meninggalkannya (hidup susah, rugi, dan sebagainya)--> QS. 3 ayat 144
2. Segala sesuatu ada batas waktunya (tidak abadi). Orang yang bersyukur selalu menggunakan pemberian Allah dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan dunia maupun akhirat. --> QS. 3 ayat 145
3. Menerima dan menghargai pemberian Allah dengan sebesar-besarnya --> QS. 7 ayat 144
4. Kita hanya mengabdi dan mencurahkan segala tenaga dan pikiran untuk menuju kepada Allah. Apapun yang kita miliki di dunia ini maupun aktifitas dunia kita, semua semata-mata Allah -->QS. 39 ayat 66

Kalau suatu saat kita terjatuh, tiba-tiba ada orang yang berkata: “Syukurin!!”, kita tidak boleh marah, tetapi berterima kasihlah kepadanya karena dia telah mengingatkan kita untuk bersyukur. Kalau perlu, berikan sesuatu kepadanya apakah itu uang atau makanan… he3x.. pasti ga bisa deh..

Print halaman ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar