Senin, 02 Agustus 2010

BELAJAR UNTUK SELALU MELIHAT KE BAWAH

Iblis pernah berjanji sama Allah bahwa kelak dia akan menyesatkan seluruh manusia sehingga kebanyakan dari manusia itu tidak bersyukur kepada Allah.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. 7 ayat 16-17)

Siapakah iblis? Iblis adalah bangsa jin yang fasik atau enggan dan sombong terhadap perintah Allah. Syetan adalah iblis yang membuat bisikan ke dalam dada manusia untuk menyesatkan, membuat orang memandang baik perbuatannya yang tidak benar, membangkitkan angan-angan, prasangka buruk, membuat dunia indah pada pandangan manusia, dan masih banyak lagi bisikan buruknya terhadap manusia, yang pada akhirnya melahirkan rasa tidak syukur manusia terhadap segala pemberian Allah.

Menurut ayat di atas, syetan ada di hadapan kita, di belakang, samping kiri, dan samping kanan. Tetapi syetan tidak ada di bawah dan di atas. Karena itu, agar kita tidak terpengaruh oleh syetan, apabila kita ingin melihat betapa nikmatnya hidup ini, jangan sekali-kali kita melihat orang yang ada di depan kita, di belakang, samping kanan, dan samping kiri, tetapi lihatlah orang yang ada di bawah kita. Mereka lebih susah hidupnya, lebih kekurangan, cacat, dan lebih menderita. Insyaallah dengan cara kita rajin melihat ke bawah, kita akan sering melihat ke atas, di mana Sang Maha Pengasih dan Maha Kuasa telah memberikan yang terbaik buat kita, sehingga kita akan banyak bersyukur daripada mengeluh. Salah satu syukur kita adalah dengan cara shalat tidak malas-malasan. Apapun yang kita hadapi, kesulitan ataupun kemudahan, kita harus tetap mengerjakan shalat dan tidak menjadi orang yang kikir yang enggan memberikan sedekah

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. (QS. 70 ayat 19-29)

Orang yang mengerjakan shalat tidak pantas untuk mengeluh ketika menghadapi kesulitan. Mengeluh tidak akan merubah keadaan kita, maka lebih baik kita terus mengerjakan shalat dan melakukan segala kebaikan yang Allah perintahkan. Tanamkan di dalam shalat kita suatu keyakinan bahwa Allah Yang Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang sedang melihat dan mendengar kita dan Dia sedang menguji kesabaran kita, apakah dengan kesulitan itu kita akan tetap dekat kepada Allah dengan ikhlas atau malah menjadi jauh serta mengungkit segala ibadah yang kita kerjakan?

Ada beberapa yang harus dihindari oleh orang-orang yang shalatnya ingin bernilai khusyu. Yaitu:

IKHLAS MELAKUKAN IBADAH DAN TIDAK MENGUNGKITNYA.

Kita tidak boleh mengungkit apa yang kita kerjakan hanya karena kita menghadapi suatu kesulitan / kesempitan hidup. Misalnya, “Ya Allah, kenapa ya saya selalu kena musibah, padahal saya rajin shalat, rajin bersedekah? Si anu tidak pernah shalat dan tidak pernah sedekah kehidupannya senang-senang aja. Ah, buat apa shalat kalau begitu..

JANGAN MERASA TELAH BANYAK BERBUAT BAIK DAN BERSIH DARI DOSA

Jangan bangga karena telah banyak berbuat baik dan merasa tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup hanya karena sering melakukan ibadah. Misalnya, “Apa kesalahan saya, padahal saya rajin shalat, rajin bersedekah?”

Perbanyaklah kebaikan dengan menganggap bahwa apa yang kita kerjakan tidak sebanding dengan dosa-dosa kita. Jangan mengharap surga atau pahala dulu, tetapi berharaplah akan keridhaan Allah dan ampunanNya. Atau dengan kata lain, belajarlah ikhlas karena Allah, bukan karena orang lain atau kebaikan dunia untuk diri kita.

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. 6 ayat 162)

Berdoa tidak perlu teriak-teriak, melainkan dengan suara yang rendah, hati yang bertaubat dan penuh harap. Allah tidak melihat susunan / isi doa dari mulut kita, tetapi kebaikan hati kita, karena Dia Mengetahui kebutuhan dan sesuatu yang terbaik buat hamba-Nya, meskipun permintaan itu tersembunyi di dalam hati dan tidak diucapkan.

Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (QS. 17 ayat 25)

Apa yang diambil dari kita akan Dia kembalikan atau diganti dengan yang lebih baik, apabila hati kita ikhlas melepaskannya dan tidak terus memikirkannya.

Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu." Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 8 ayat 70)

Allah selalu memberikan yang terbaik buat kita. Apabila kita kehilangan sesuatu dan itu memang benar-benar milik kita, dia akan kembali lagi kepada kita. Apabila kita mendapatkan sesuatu sedangkan itu bukan milik kita, maka dia akan hilang dari kita dan tidak akan pernah kembali lagi. Mendapatkan dan kehilangan sesuatu adalah ujian dari-Nya untuk membuktikan siapa yang beriman dan senantiasa bersyukur kepada-Nya dan siapa yang tidak beriman dan tidak bersyukur kepada-Nya.
Belajarlah untuk melihat ke bawah. Masih yang lebih sulit hidupnya dan lebih menderita dari kita.



Print halaman ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar